Drama teatrikal yang berjudul Anak Tiri Ibu pertiwi ini merupakan cerminan mengenai bangsa kita. Bangsa yang secara lahiriah sudah merdeka, namun kemerdekaan itu belum sepenuhnya dapat dirasakan dan menjadi milik bangsa Indonesia itu sendiri. Masih banyak golongan yang termarjinalkan. Air kehidupan jangan hanya milik satu atau dua kelompok, namun untuk seluruh ibu pertiwi.


ANAK TIRI IBU PERTIWI


DIALOG  ADEGAN 1

Prolog I

(emak terbaring dari awal – akhir)

Anak 1 : (dengan menangis di samping emak)

Mak…… lapar……!!!

Kemana lagi kita harus mencari…., barang sesuappun tak ada yang memberi….

Inikah wajah manusia pribumi, yang telah kehilangan rasa peduli???

Anak 2 : bungkam mulutmu dengan pertanyaan itu, dan jangan kau tanyakan itu lagi!

Bila kau mencari jawaban, lihat di dapur mereka kotoranya tersaji di meja makan mereka.

Anak 1 : separah itukah penderitaan kita kak…?

Anak 3 : ya…. Separah bumi mengandung dosa-dosa manusia

Anak 2 : manusia macam apa yang kamu maksud?

Anak 3 : manusia-manusia yang menganggap orang seperti kita bukan manusia, manusia-manusia yang selalu di manjakan oleh ibu pertiwi.

Anak 1 : lalu mengapa kita tidak pergi ke ibu pertiwi, mungkin ibu pertiwi mau berbagi kasih, toh sudah lama kita mengabdi.

Anak 2 : (dengan nada emosi) kamu tahu dimana ibu pertiwi sekarang?! Ibu pertiwi pergi jadi TKI.

Anak 1 : (bingung melongo menatap kakaknya)

Anak 3 : HA..HA..HA.. lha kalo ibu pertiwi jadi TKI bapak pertiwi kecingnya dimana?

Anak 2 : ya dimuka orang-orang seperti kita ini!!!

Anak 3 : pokoknya ibu pertiwi harus kembali dan  membuat sapi menari di rerumputan yang khusuk sembahyang pada tuhannya.

Anak 2 : jika inginmu seperti itu, jemput ibu pertiwimu dan kawini saja

Anak 3 : apakah aku boleh menghamilinya?

Anak 2 : jika kamu tidak takut sama bapak pertiwi

Anak 1 : gak perlu takut, karena bapak pertiwi juga bingung mau menghamili siapa lagi

(serempak tertawa hahahahahahhahahahaha)

DIALOG ADEGAN 2 :

Anak 1 : mak, dingin….

Sampai kapan kita dibiarkan dalam keadaan begini?

Anak 2 : sampai gedung-gedung itu roboh, dan kita terkubur dalam reruntuhannya.

Anak 3 : (bicara pada anak 1) akan aku ambilkan bendera-bendera itu untuk menyelimutimu dan emak

Anak 1 : jangan kak…. Biarkan itu gagah berkibar disana, agar bangsa kita berwibawa dimata dunia.

Anak 3 : (dengan nada tinggi penuh emosi)

Bendera itu akan gagah bila mampu jadi selimut dingin kita

Bendera itu akan gagah bila mampu menghapus air mata kita

Bendera itu akan gagah bila di jadikan seragam kamu sekolah

Begitulah bila ingin bangsa ini berwibawa

Jangan jadikan bendera itu hanya mampu berdiri menjadi pelindung para belatung-belatung negeri ini.

Anak 2 : percuma kau teriak-teriak seperti itu, tak siapapun akan mendengarmu

Anak 3 : (berteriak lantang)

TERIAKANKU MENUNTUT KEADILAN TUHAN

“ TUHAN…………..” (menangis histeris)

Aku ingin menyedot kesuburan dari kandungan ibu pertiwi untuk tanah kami

Untuk hidup kami

Untuk darah kami

Dan untuk tidur murni emak kami

Anak 1 : ( bangkit dari samping emak, berdiri dan berpuisi)

LONGLONGAN NAFAS NESTAPA, BAGAI PEKIK ELANG TUA

MEMBUAT GARIS DI PASIR PANTAI

SEKEDAR LEKUK, BETAPA MELATI HARUM MENGUAR WANGI

DAPATKAH KAMI TERTAWA SEPERTI BIASA

BAGAI LAMBANG KEMENANGAN CINTA

DAN DERITA, DIMANA TANGIS DAN AIR MATA TAK LAGI MAMPU BICARA

DENGAN DIAM AKU INGIN MENEMUKAN MAKNA DIAMKU”

Puisi I


DIALOG ADEGAN 3 : (pemeran 4 masuk) / orang kaya perempuan

Pemeran 4 : hai kalian…(dengan berlagak sombong)

Bisanya cuma malas-malasan, nangis, mengeluh, mengemis, akhirnya mencuri.

Mau dikemanakan masa depan bangsa ini, jika harus selalu menampung sampah seperti kalian.

Anak 3 : nyonya…. Andai benar kami sampah, bau kami tak sebusuk mulut anda.

Pemeran 4 :hei… jaga mulut kamu bila bicara ya….

Anak 3 : jika nyonya orang yang terhormat, mulut saya pasti terjaga.

Pemeran 4 : o….. jadi kamu gak tahu siapa saya. Saya adalah pemilik tanah yang luas ini, termasuk tempat yang kamu kotori saat ini

Anak 2 : o…. jadi nyonya juga tidak tahu siapa kami

Pemeran 4 : (cuek) apa peduli saya?!

Anak 2 : kami adalah yang mengaliri mata air tanah ini dengan air mata kami.

Air mata kami yang kalian minum, air mata kami yang membersihkan tubuh kalian

Mata air itu dari kami, dari air mata yang kalian sia-siakan

( histeris) AIR MATA KAMI  MATA AIR TANAH AIR ! 3X

Pemeran 4 : ( pergi…..) dasar sampah

Intro musik indonesia pusaka

Puisi II


DIALOG ADEGAN 4 :

Anak 1 : mak… bangun mak…..

Anak 2 : jangan kau ganggu tidur emak dengan keluh kesahmu, sampai kapanpun akan aku tunggu bendera lusuh yang terbuang dijalan, akan aku ikat kepala emak dengan bendera itu, agar IBU PERTIWI tahu “ jika dia masih punya harga diri, pasti malu menjadi TKI, menelantarkan anak negri demi mencari pengganti bapak pertiwi”

( intro musik padamu negri)

Anak 5 : (datang menghampiri emak) wahai emak………..aku memanggilmu

Mengapa engkau tak menjawab

apakah engkau membiarkan negri yang menjawabku

wahai emak jawablah

negri takkan menjawab karena kita tercela

lahir dari got kebudayaan dan sampah peradaban

anak 3 : emak………….

Aku duduk di sampingmu

Mengelus keningmu dan merasakan waktu

Tapi waktu tidak berani datang padaku

Dia gemetar ketakutan

Anak 1 : mak…. Bangun mak….

Kenapa sudah 3 hari ini mak gak bangun-bangun 3x

Anak 3 : (histeris) emak..

Prolog Akhir.


Attantion : Drama ini masih dalam bentuk draff  kasar.